AKUNTANSI SEBAGAI SAINS ALAM
ATAUKAH SAINS SOSIAL
Pendahuluan
Setelah
berabad-abad penelitian akuntansi hanya dikenal sebagai penelitian yang
bersardarkan pada penelitian kuantitatif (sains alam) sehingga dikatakan
sebagai arus utama. Saat ini penelitian akuntansi telah terjadi perkembangan
yang signifikan setelah penelitian sosial digabungkan ke dalam penelitian
akuntansi, salah satu karya yang menjadi inspirasi penelitian akuntansi sosial
adalah Burrel dan Morgan (1979).
Penelitian
kuntitatif (sains alam), memahami kejadiaan sosial sebagai sesuatu yang
mempunyai sebab akibat dan semuanya dikuantitifkan atau dinilai dengan
angka-angka. Sebaliknya penelitian kualitatif (sains), menilai kejadiaan sosial
merupakan diluar individu dan untuk memahaminya harus dilakukan dengan
observasi yang mendalam.
Perdebatan
antara penelitian kualitatif dan kuantitatif sampai saat ini masih terus
berlangsung, sehingga muncul jalan tengah atau alternatif untuk memadukan kedua
metode penelitian yaitu mixed method. Dengan penelitian mixed method dapat
ditarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif dan kuantitatif saling
membutuhkan ketika digabungkan menjadi satu, akan tetapi ketika dipisahkan
merupakan menjadi bertentangan antara kedua metode tersebut.
A.
Pengertian
Akuntansi
Akuntansi
didefinisikan oleh American Accounting
Assosietion sebagai proses mengedintifikasikan ekonomi, untuk memungkinkan
adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut (Soemarso, 2002:3).
Menurut Accounting
Principle Board Statement, Akuntansi
adalah suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi
kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan
dalam memilih di antara beberapa alternatif.
Sementara
ada pandangan lain, bahwa akuntansi adalah interaksi antar manusia sehingga
terbentuk kesadaran manusia untuk melakukan pencantatan.
Dari pengertian akuntansi diatas dapat
disimpulkan bahwa akuntansi adalah hasil dari interaksi manusia sehingga dapat
informasi dalam hal pengambilan keputusan.
B.
Penelitian
Kuantitatif (Sains Alam)
Penelitian
kuantitif dengan menggunakan alat statistic diakui semenjak abad ke-18 sampai
saat ini. Penelitian kuantatif bersumber dari filsafat positivisme Comte yang
menolak metaphsik dan teologi atau setidak-tidaknya menudukan methapisik dan teologik
sebagai primitif (Muhadjir, 2000:12).
Penelitian
kuantitatif (Sains Alam) merupakan penelitian yang terstruktur dan sistematis
terhadap fenomena yang terjadi. Dalam penelitian bisnis penelitian kuantitaif
di artikan sebagai suatu investigasi yang sistemis, terkontrol, empiris dan
kritis mengenai suatu fenomena yang menjadi perhatian pengambilan keputusan
menejerial (David dan Cozenza dalam Kuncoro, 2003:3).
Penelitian
kuntitatif dalam ilmu akuntansi lebih dikenal sebagai penelitian positivistik
yang didasarkan pada ilmu filsafat yaitu terkait ontolologi. Triwiyono
(2012:237), menjelaskan paradigm positivisme menekankan diri pada (praktek)
akuntansi sebagaimana adanya (as it is).
Sebuah paper
yang tulis oleh Djamhuri (2013:xx), menjelaskan bahwa dari ilmu pengetahuan positivist adalah
naturalism. Prinsip
ini menekankan pada keyakinan bahwa asumsi-asumsi serta metoda yang lazim
diterapkan dalam ilmu pengetahuan alam sepenuhnya bisa diterapkan dalam
mengkaji fenomena sosial. Dua prinsip lainnya yang menjadi karakteristik ilmu
pengetahuan yang berperspektif positivism adalah pertama,
orientasinya untuk menghasilkan hukum-hukum keilmuan dari setiap kajian atau
penelitian keilmuan yang dilakukan, serta, yang kedua, sikap dan pandangan ilmu
pengetahuan yang menempatkan fakta sebagai satu-satunya dasar dari semua
pernyataan ilmiah seperti teori atau hukum-hukum keilmuan. Prinsip pertama
lazim dikenal dengan prinsip nomothetical atau nomotetik
(Smith, 1998 dalam Djamhuri, 2013:xx)
Dari berbagai
pemikiran terkait penelitian Kuantitatif atau positivisme dapat ditarik benang
merah bahwa penelitian ini lebih cenderung melihat realitas cenderung tetap dan
tidak mengalami perubahan yang pada akhirnya dinilai dengan angka-angka
(matematika).
C.
Penelitian
Kualitatif (Sains Sosial)
Paradigma dalam
penelitian kuantitatif atau penelitian sosial yang digunakan dalam ilmu
akuntansi berkiblat pada karya Burrel
dan Morgan (1979), Konsep ilmu sosial dilatarbelakangi oleh empat asumsi yaitu
ontologi, epistemologi, hakikat manusia serta metodologi. Berbagai paradigma
penelitian yang dikembangkan oleh Burrel dan Morgan (1979), Chua (1986),
Muhadjir (2000) dan Triyuwono (2012) lebih menekankan pada bagaimana memahami
paradigma dan menggunakan paradigma untuk dijadikan bahan acuan untuk digunakan
pada pada penelitian akuntansi.
Ontologi,
Epistemologi dan hakikat manusia merupakan cabang ilmu filsafat, akan tetapi
mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Dimana ontologi berkaitan dengan sifat dari
realitas atau obyek di investigasi. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana
mendapatkan serta menyebarkan ilmu pengetahuan.
Sedangkan hakikat manusia berkaitan dengan cara manusia menanggapai
situasi tertentu yang terjadi dilingkungannya, latar belakang asusmsi ini
adalah manusia disebut sebagai objek atau objek dalam ilmu pengetahuan.
Dari ketiga
asumsi yang disebutkan diatas berkaitan langsung pada metodologi yang akan
digunakan. Masing-masing asumsi yang digunakan berkonsekuensi penting berkaitan
dengan cara penelitian yang akan dilakukan serta bagaima pengetahuan yang akan
didapatkan.
Berangkat dari
kerangka dasar ontologi, epistemology dan hakikat manusia, akhirnya melahirkan
berbagai cara pandang ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran. Dampak dari
perbedaan ini adalah munculnya berbagai paradigma riset dengan berbagai
konsekwensi dengan saling mengklaim antara pembenaran dan penyalahan.
D.
Paradigma
Penelitian
Perdebatan terkait
dengan ontology, epistemology, hakikat manusia dan metodologi masih terus
berlanjut sampai saat ini. Sebagaimana yang digambarkan oleh Burrel dan Morgan
(1979). Adapun perdebatan keduanya sebagai berikut :
|
|
Ontology
|
|
||||
Epistemologi
|
||||
|
||||
Hakikat Manusia
|
|
Metodologi
1. Nominalisme
– Realisme : Debat Ontologi
Aliran
nominalisme mendasarkan diri pada asusmsi bahwa dunia sosisal berada diluar
individu dan tidak lebih dari nama, konsep dan label yang digunakan untuk
membentuk realitas. Sedangkan aliran realisme menyatakan bahwa dunia sosial
berada diluar individu adalah suatu dunia nyata yang terbuat dari struktur yang
keras, nyata dan realitif kuat, dan secara realita.
2. Anti
Positivisme – Positivisme : Debat Epistemologi
Anti
positivism pada dasarnya berusaha untuk mencari aturan atau dasar kebiasaan
dalam dunia sosial. Aliran ini mengganggap bahwa dunia sosial adalah reltifisik
dan hanya dapat dipahami dari sisi pandang individual yang terlibat secara
langsung dalam aktivitas yang sedang diteliti. Sedangkan aliran positivisme
menjelaskan dan memperkirakan apa yang terjadi dalam dunia sosial dengan
meneliti kebiasaan serta hubungan kausal antara elemen-elemen yang saling
berhubungan. Intinya adalah berdasarkan pada pendekatan tradisional yang
didominasi ilmu natural.
3. Voluntarisme
– Determinisme : Debat Hakikat Manusia
Aliran
determenisme memandang bahwa manusia dan aktivitasnya sanat ditentukan oleh
situasi atau “lingkungan” dimana dia berada. Sebaliknya aliran voluntarisme
memandang bahwa manusia sangat mandiri dan bebas.
4. Idiografik-
Nomethetic: Metodologi
Pendekatan
indiografik memandang bahwa seseorang hanya dapat memahami suatu dunia sosial
dengan mengumpulkan informasi atau pengetahuan tangan pertama dari subyek
dengan mendekatkan peneliti dengan subyek didapatkan detail yang lengkap
mengenai sejarah dan latar belakang. Pendekatan ini menekankan analisa secara
subyektif yang didapatkan dengan masuk kedalam situasi yang terjadi. Sebaliknya
pendekatan nomethetic menekankan pada pentingnya pelaksanaan penelitian
berdasarkan pada teknik dan protokol sistematis,dimana difokuskan pada proses
pengujian hipotesis dengan serangkaian tes, teknik kuantitatif untuk ananlisis
data, survey, kuesiner, tes kepribadian maupun alat pengujian standar lainnya.
E.
Pembagian
Paradigma dalam Penelitian Akuntansi
Burrel dan
Morgan (1979) membagi pengetahuan dalam empat paradigma, yaitu fungsionalis,
interpretif, radikal humanis dan radikal struktural. Muhadjir (2000) melakukan
pembagian yang berbeda yaitu positivis,
postpositivis (di dalamnya termasuk interpretif dan kritis) dan postmodernisme.
Pembagian ini yang disebut sebagai pendekatan subyektifisme dan objektivisme
Sebagaimana pada gambar berikut :
1. Paradigma
Fungsionalis
Paradigma ini digunakan
mengarah pada realitas, positifisme, determinisme dan omothetic. Selanjutnya
paradigma ini memiliki pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan hubungan
sosial dengan jalan rasional, dengan orentasi yang pragmatik berkaitan dengan
pengetahuan yang tepat guna serta dapat langsung memecahkan masalah. Paradigma
ini yang dikatakan oleh Chua (1986) lebih menekankan pada ilmu pengetahuan yang
terfokus pada teori dan praktek. Dalam penelitian akuntansi paradigma
fungsionalis sering digunakan sehinga dikatakan sebagai paradigma arus utama
karena memisahkan secara jelas antara subjek dan obyek. Contohnya penelitian
yang menggabungkan antara akuntansi dan matematika.
2. Paradigma
Interpretif
paradigma interpretif
menggunakan cara pandang para nominalis yang melihat realitas sosial sebagai
sesuatu yang hanya merupakan label, nama, atau konsep yang digunakan untuk
membangun realitas, dan bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan hanyalah
penamaan atas sesuatu yang diciptakan oleh manusia atau merupakan produk
manusia itu sendiri. Dengan demikian, realitas sosial merupakan sesuatu yang
berada pada dalam diri manusia, sehingga bersifat subjektif bukan objektif.
Sementara Chua (1986) menyatakan bahwa paradigma ini berakar dari filusuf
Jerman yang menitik beratkan pada peran bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam
ilmu sosial.
3. Paradigma
Radikal Humanis (Kritisme)
Paradigma radikal
humanis lebih menekankan pada perkembangan sosiologi perubahan radikal dari
titik pandang subyektifisme. Kerangka referensi yang dugunakan untuk memendang
pentingnya masyarakat tidak ada pembatasan dalam pengaturan sosial. Ciri dasar
paradigma ini bahwa kesadaran manusia didominasi oleh struktur idiologi kuat
yang berinteraksi dengan dirinya. Dengan demikian titik sentral paradigma ini
adalah kesadaran manusia.
4. Paradigma
Strukturalis ( Posmodernisme)
Paradigma radikal
strukturalis adalah subyektifisme dengan menggunakan sosiologi perubahan
radikal. Paradigm ini mengacu pada perubahan radikal, emansipasi dan potensi.
Inti focus paradigm ini adalah hubungan struktural antara dunia sosial dan realitas.
Karakter utama
postmodernisme, menurut Triyuwono (2000), terletak pada usaha dekonstruksi yang
dilakukan terhadap semua bentuk logosentrisme yang dibuat oleh modernisme.
F. Kesimpulan
Dari berbagai
penjelasan di atas terkait pertanyaan pokok makalah ini adalah akuntansi
sebagai sains alam ataukah sosial ? dapat dijawab dengan pandangan Burrel dan
Morgan (1979), Muhadjir (2000) dan Triwiyono (2012) bahwa akuntansi bukan sains
alam akan tetapi sains sosial. Akuntansi selama ini dikenal sebagai sains alam,
yang telah berlangsung semenjak abad 18 sehingga dikatakan sebagai arus utama
dalam penelitian akuntansi. Paradigma positivisma yang digambarkan oleh Burrel
dan Morgan (1979), Muhadjir (2000) dan Triwiyono (2012) adalah paradigma sosial
yang kuantitatifkan. Akan tetapi
paradigma positivistik bukan satu-satunya yang harus digunakan dalam
penelitian akuntansi akan tetapi masih terdapat tiga paradigm lain yaitu
interpretif, kritis dan postmodern.
Referensi
Burrell, Gibson and Gareth Morgan. 1979.
Sociological Paradigms and
Organisational Analysis: Elements of the Sociology of Corporate Life.
London: Heinemann.
Chua, W. F. (1986). Radical Developments in Accounting Thought. The Accounting Review, Vol. 16(No. 4).
Jamhuri, Ali. 2013. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Berbagai
Paradigma dalam Kajian Akuntansi. Tidak di Publikasi.
Kuncoro, Mudrajad.2003.
Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Penerbit : Erlangga. Jogyakarta
Soemarso,S.R. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Penerbit :
Selemba Empat
Triyuwono, Iwan. 2012.
Akuntansi Syariah, Prespektif, Metode dan
Teori. Edisi Kedua. Penerbit Rajawali Perss
Muhadjir, Noeng.
2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Penerbit Rake Sarasin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar