Minggu, 06 Oktober 2013

Tugas Paradigma




AKUNTANSI SEBAGAI SAINS ALAM ATAUKAH SAINS SOSIAL
Pendahuluan
Setelah berabad-abad penelitian akuntansi hanya dikenal sebagai penelitian yang bersardarkan pada penelitian kuantitatif (sains alam) sehingga dikatakan sebagai arus utama. Saat ini penelitian akuntansi telah terjadi perkembangan yang signifikan setelah penelitian sosial digabungkan ke dalam penelitian akuntansi, salah satu karya yang menjadi inspirasi penelitian akuntansi sosial adalah Burrel dan Morgan (1979).
Penelitian kuntitatif (sains alam), memahami kejadiaan sosial sebagai sesuatu yang mempunyai sebab akibat dan semuanya dikuantitifkan atau dinilai dengan angka-angka. Sebaliknya penelitian kualitatif (sains), menilai kejadiaan sosial merupakan diluar individu dan untuk memahaminya harus dilakukan dengan observasi yang mendalam.
Perdebatan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif sampai saat ini masih terus berlangsung, sehingga muncul jalan tengah atau alternatif untuk memadukan kedua metode penelitian yaitu mixed method. Dengan penelitian mixed method dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif dan kuantitatif saling membutuhkan ketika digabungkan menjadi satu, akan tetapi ketika dipisahkan merupakan menjadi bertentangan antara kedua metode tersebut.
A.    Pengertian Akuntansi
Akuntansi didefinisikan oleh American Accounting Assosietion sebagai proses mengedintifikasikan ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut (Soemarso, 2002:3).
Menurut Accounting Principle Board Statement,  Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif.
Sementara ada pandangan lain, bahwa akuntansi adalah interaksi antar manusia sehingga terbentuk kesadaran manusia untuk melakukan pencantatan.
 Dari pengertian akuntansi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah hasil dari interaksi manusia sehingga dapat informasi dalam hal pengambilan keputusan.
B.     Penelitian Kuantitatif (Sains Alam)
Penelitian kuantitif dengan menggunakan alat statistic diakui semenjak abad ke-18 sampai saat ini. Penelitian kuantatif bersumber dari filsafat positivisme Comte yang menolak metaphsik dan teologi atau setidak-tidaknya menudukan methapisik dan teologik sebagai primitif (Muhadjir, 2000:12).
Penelitian kuantitatif (Sains Alam) merupakan penelitian yang terstruktur dan sistematis terhadap fenomena yang terjadi. Dalam penelitian bisnis penelitian kuantitaif di artikan sebagai suatu investigasi yang sistemis, terkontrol, empiris dan kritis mengenai suatu fenomena yang menjadi perhatian pengambilan keputusan menejerial (David dan Cozenza dalam Kuncoro, 2003:3).
Penelitian kuntitatif dalam ilmu akuntansi lebih dikenal sebagai penelitian positivistik yang didasarkan pada ilmu filsafat yaitu terkait ontolologi. Triwiyono (2012:237), menjelaskan paradigm positivisme menekankan diri pada (praktek) akuntansi sebagaimana adanya (as it is).
Sebuah paper yang tulis oleh Djamhuri (2013:xx), menjelaskan bahwa dari ilmu pengetahuan positivist adalah naturalism. Prinsip ini menekankan pada keyakinan bahwa asumsi-asumsi serta metoda yang lazim diterapkan dalam ilmu pengetahuan alam sepenuhnya bisa diterapkan dalam mengkaji fenomena sosial. Dua prinsip lainnya yang menjadi karakteristik ilmu pengetahuan yang berperspektif positivism adalah pertama, orientasinya untuk menghasilkan hukum-hukum keilmuan dari setiap kajian atau penelitian keilmuan yang dilakukan, serta, yang kedua, sikap dan pandangan ilmu pengetahuan yang menempatkan fakta sebagai satu-satunya dasar dari semua pernyataan ilmiah seperti teori atau hukum-hukum keilmuan. Prinsip pertama lazim dikenal dengan prinsip nomothetical atau nomotetik (Smith, 1998 dalam Djamhuri, 2013:xx)
Dari berbagai pemikiran terkait penelitian Kuantitatif atau positivisme dapat ditarik benang merah bahwa penelitian ini lebih cenderung melihat realitas cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan yang pada akhirnya dinilai dengan angka-angka (matematika).



C.    Penelitian Kualitatif (Sains Sosial)
Paradigma dalam penelitian kuantitatif atau penelitian sosial yang digunakan dalam ilmu akuntansi berkiblat pada karya  Burrel dan Morgan (1979), Konsep ilmu sosial dilatarbelakangi oleh empat asumsi yaitu ontologi, epistemologi, hakikat manusia serta metodologi. Berbagai paradigma penelitian yang dikembangkan oleh Burrel dan Morgan (1979), Chua (1986), Muhadjir (2000) dan Triyuwono (2012) lebih menekankan pada bagaimana memahami paradigma dan menggunakan paradigma untuk dijadikan bahan acuan untuk digunakan pada pada penelitian akuntansi.
Ontologi, Epistemologi dan hakikat manusia merupakan cabang ilmu filsafat, akan tetapi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Dimana ontologi berkaitan dengan sifat dari realitas atau obyek di investigasi. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana mendapatkan serta menyebarkan ilmu pengetahuan.  Sedangkan hakikat manusia berkaitan dengan cara manusia menanggapai situasi tertentu yang terjadi dilingkungannya, latar belakang asusmsi ini adalah manusia disebut sebagai objek atau objek dalam ilmu pengetahuan.
Dari ketiga asumsi yang disebutkan diatas berkaitan langsung pada metodologi yang akan digunakan. Masing-masing asumsi yang digunakan berkonsekuensi penting berkaitan dengan cara penelitian yang akan dilakukan serta bagaima pengetahuan yang akan didapatkan.
Berangkat dari kerangka dasar ontologi, epistemology dan hakikat manusia, akhirnya melahirkan berbagai cara pandang ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran. Dampak dari perbedaan ini adalah munculnya berbagai paradigma riset dengan berbagai konsekwensi dengan saling mengklaim antara pembenaran dan penyalahan.

D.    Paradigma Penelitian
Perdebatan terkait dengan ontology, epistemology, hakikat manusia dan metodologi masih terus berlanjut sampai saat ini. Sebagaimana yang digambarkan oleh Burrel dan Morgan (1979). Adapun perdebatan keduanya sebagai berikut :






Nominalisme
 
Realisme
 
     Pandangan Subyektif                                                                           Pandangan Obyektif
Ontology





Anti Positivisme
 

Positivisme
 

 
Epistemologi






Determinisme
 

Voluntarisme
 

 
Hakikat Manusia





Idiografik
 

Nomothetic
 
 
Metodologi

1.      Nominalisme – Realisme : Debat Ontologi
Aliran nominalisme mendasarkan diri pada asusmsi bahwa dunia sosisal berada diluar individu dan tidak lebih dari nama, konsep dan label yang digunakan untuk membentuk realitas. Sedangkan aliran realisme menyatakan bahwa dunia sosial berada diluar individu adalah suatu dunia nyata yang terbuat dari struktur yang keras, nyata dan realitif kuat, dan secara realita.
2.      Anti Positivisme – Positivisme : Debat Epistemologi
Anti positivism pada dasarnya berusaha untuk mencari aturan atau dasar kebiasaan dalam dunia sosial. Aliran ini mengganggap bahwa dunia sosial adalah reltifisik dan hanya dapat dipahami dari sisi pandang individual yang terlibat secara langsung dalam aktivitas yang sedang diteliti. Sedangkan aliran positivisme menjelaskan dan memperkirakan apa yang terjadi dalam dunia sosial dengan meneliti kebiasaan serta hubungan kausal antara elemen-elemen yang saling berhubungan. Intinya adalah berdasarkan pada pendekatan tradisional yang didominasi ilmu natural.
3.      Voluntarisme – Determinisme : Debat Hakikat Manusia
Aliran determenisme memandang bahwa manusia dan aktivitasnya sanat ditentukan oleh situasi atau “lingkungan” dimana dia berada. Sebaliknya aliran voluntarisme memandang bahwa manusia sangat mandiri dan bebas.


4.      Idiografik- Nomethetic: Metodologi
Pendekatan indiografik memandang bahwa seseorang hanya dapat memahami suatu dunia sosial dengan mengumpulkan informasi atau pengetahuan tangan pertama dari subyek dengan mendekatkan peneliti dengan subyek didapatkan detail yang lengkap mengenai sejarah dan latar belakang. Pendekatan ini menekankan analisa secara subyektif yang didapatkan dengan masuk kedalam situasi yang terjadi. Sebaliknya pendekatan nomethetic menekankan pada pentingnya pelaksanaan penelitian berdasarkan pada teknik dan protokol sistematis,dimana difokuskan pada proses pengujian hipotesis dengan serangkaian tes, teknik kuantitatif untuk ananlisis data, survey, kuesiner, tes kepribadian maupun alat pengujian standar lainnya.

E.     Pembagian Paradigma dalam Penelitian Akuntansi
Burrel dan Morgan (1979) membagi pengetahuan dalam empat paradigma, yaitu fungsionalis, interpretif, radikal humanis dan radikal struktural. Muhadjir (2000) melakukan pembagian yang berbeda yaitu positivis, postpositivis (di dalamnya termasuk interpretif dan kritis) dan postmodernisme. Pembagian ini yang disebut sebagai  pendekatan subyektifisme dan objektivisme Sebagaimana pada gambar berikut :
1.   Paradigma Fungsionalis
Paradigma ini digunakan mengarah pada realitas, positifisme, determinisme dan omothetic. Selanjutnya paradigma ini memiliki pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan hubungan sosial dengan jalan rasional, dengan orentasi yang pragmatik berkaitan dengan pengetahuan yang tepat guna serta dapat langsung memecahkan masalah. Paradigma ini yang dikatakan oleh Chua (1986) lebih menekankan pada ilmu pengetahuan yang terfokus pada teori dan praktek. Dalam penelitian akuntansi paradigma fungsionalis sering digunakan sehinga dikatakan sebagai paradigma arus utama karena memisahkan secara jelas antara subjek dan obyek. Contohnya penelitian yang menggabungkan antara akuntansi dan matematika.
2.   Paradigma Interpretif
paradigma interpretif menggunakan cara pandang para nominalis yang melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang hanya merupakan label, nama, atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas, dan bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan hanyalah penamaan atas sesuatu yang diciptakan oleh manusia atau merupakan produk manusia itu sendiri. Dengan demikian, realitas sosial merupakan sesuatu yang berada pada dalam diri manusia, sehingga bersifat subjektif bukan objektif. Sementara Chua (1986) menyatakan bahwa paradigma ini berakar dari filusuf Jerman yang menitik beratkan pada peran bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial.
3.   Paradigma Radikal Humanis (Kritisme)
Paradigma radikal humanis lebih menekankan pada perkembangan sosiologi perubahan radikal dari titik pandang subyektifisme. Kerangka referensi yang dugunakan untuk memendang pentingnya masyarakat tidak ada pembatasan dalam pengaturan sosial. Ciri dasar paradigma ini bahwa kesadaran manusia didominasi oleh struktur idiologi kuat yang berinteraksi dengan dirinya. Dengan demikian titik sentral paradigma ini adalah kesadaran manusia.
4.   Paradigma Strukturalis ( Posmodernisme)
Paradigma radikal strukturalis adalah subyektifisme dengan menggunakan sosiologi perubahan radikal. Paradigm ini mengacu pada perubahan radikal, emansipasi dan potensi. Inti focus paradigm ini adalah hubungan struktural antara dunia sosial dan realitas. Karakter utama postmodernisme, menurut Triyuwono (2000), terletak pada usaha dekonstruksi yang dilakukan terhadap semua bentuk logosentrisme yang dibuat oleh modernisme.
F.  Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas terkait pertanyaan pokok makalah ini adalah akuntansi sebagai sains alam ataukah sosial ? dapat dijawab dengan pandangan Burrel dan Morgan (1979), Muhadjir (2000) dan Triwiyono (2012) bahwa akuntansi bukan sains alam akan tetapi sains sosial. Akuntansi selama ini dikenal sebagai sains alam, yang telah berlangsung semenjak abad 18 sehingga dikatakan sebagai arus utama dalam penelitian akuntansi. Paradigma positivisma yang digambarkan oleh Burrel dan Morgan (1979), Muhadjir (2000) dan Triwiyono (2012) adalah paradigma sosial yang kuantitatifkan. Akan tetapi  paradigma positivistik bukan satu-satunya yang harus digunakan dalam penelitian akuntansi akan tetapi masih terdapat tiga paradigm lain yaitu interpretif, kritis dan postmodern. 




Referensi
Burrell, Gibson and Gareth Morgan. 1979. Sociological Paradigms and Organisational Analysis: Elements of the Sociology of Corporate Life. London: Heinemann.

Chua, W. F. (1986). Radical Developments in Accounting Thought. The Accounting Review, Vol. 16(No. 4).

Jamhuri, Ali. 2013. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Berbagai Paradigma dalam Kajian Akuntansi. Tidak di Publikasi.

Kuncoro, Mudrajad.2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Penerbit : Erlangga. Jogyakarta

Soemarso,S.R. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Penerbit : Selemba Empat

Triyuwono, Iwan. 2012. Akuntansi Syariah, Prespektif, Metode dan Teori. Edisi Kedua. Penerbit Rajawali Perss

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Penerbit Rake Sarasin.







Tidak ada komentar: