Selasa, 24 Desember 2013

TIRANNY OF THE BOTTOM LINE




TIRANNY OF THE BOTTOM LINE




AKUNTANSI, TRADISIONAL, MODERNITAS DAN GLOBALISASI

Pendahuluan
Buku yang di tulis oleh Estes dengan judul Tyranny of The Bottom Line, Mengapa Banyak Perusahaan Membuat Orang Baik Bertindak Buruk yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2005) Jakarta, merupakan buku yang menerik untuk dibaca dan kaji oleh para Mahasiswa, Praktisi Akuntan, Akuntan Pendidik, Manejer Perusahaan dan Masyarakat Luas. Awal-awal membaca buku yang di tulis Estes membuat kita semakin penasaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang menarik, yaitu mengapa perusahaan harus mendapatkan laba, seberapa besar laba dan laba untuk siapa?.
Estes juga menyampaikan bahwa tujuan perusahaan awalnya dibentuk untuk melayani kepentingan masyarakat, akan tetapi tujuan mulia itu berubah ketika perusahaan mengedepankan laba, maka tujuan awal untuk melayani masyarakat menjadi terabaikan. Bahkan masyarakat menjadi korban akibat peningkatan laba yang tergetkan oleh perusahaan. Dapat kita lihat bahwa banyak produk yang dipasarkan oleh perusahaan tidak lagi memenuhi kriteria standar kelayakan produk, banyak masyarakat menjadi korban akibat produk yang di jual tersebut.
Bahkan masyarakat tidak dianggap sebagai investor terbesar dalam perjalanan perusahaan tapi investor adalah yang menanamkan modal dalam perusahaan, inilah fenomena saat ini yang terjadi. Fenomena yang terjadi tidak bisa dipisahkan dari perkembangan akuntansi yang dulunya mengedepankan kebersamaan, akan tetapi akuntansi saat ini menjadi alat penjajahan di dunia modern maupun globalisasi.
Dalam perkembangan modernisasi dan globalisasi manejer bekerja bukan lagi untuk kepentingan publik dalam hal mengedepankan kesejateraan bagi masyarakat tetapi lebih pada bagaimana mempertahankan jabatan, kinerja perusahaan yang terus mengalami peningkatan dan pada akhirnya laba yang diperoleh semuanya dibagi kepada  investor.


A.   Akuntansi di Zaman Tradisional
Akuntansi sebenarnya telah ada semenjak zaman Nabi Adam, ketika kedua putranya Habil dan Qabil diperintahkan untuk berkorkan kepada Allah SWT sebagai syarat untuk menikahi Iqlima. Pengorbanan tersebut saat ini dapat dikatakan sebagai biaya karena Habil dan Qabil mengeluarkan domba serta hasil pertanian untuk mendapatkan Iqlima, biaya yang dikeluarkan tersebut dapat digolongkan dalam ilmu akuntansi.
Dari zaman Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad perkembangan akuntansi terus berkembang, dapat kita pelajari dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa Nabi Musa memiliki domba sebanyak 12.000 (Dua Belas Ribu) ekor. Dan di zaman Nabi Muhammad, dia adalah seorang pedagang yang sukses dan mengatur zakat sesuai perintah Allah SWT, bahkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 282 mengatur tentang pencatatan yang benar dan tidak berpihak atau pencatatan yang jujur.
Selanjutnya akuntansi dijalankan oleh para pedagang arab yang menyebar ke berbagai belahan dunia untuk melakukan perdagangan. Akuntansi yang dijalankan saat itu adalah mencatat berapa jumlah barang dan berapa harga barang serta keuntungan yang di dapat. Luca Pacioli  menangkap semangat yang bawah oleh para pedagang arab dan menulis buku tentang Doble Entry pada Tahun 1494, inilah pertama kali dilakukan pencatan dengan system doble entry.
Di Indonesia sendiri perkembangan akuntansi telah dilakukan sebelum pedagang arab masuk ke Indonesia. Barter merupakan salah satu alat tukar yang dilakukan oleh para petani, bahkan barter merupakan alat yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan kekeluargaan.
Ketika pedagang arab datang ke Indonesia, sistem barter ini masih tetap berlaku sebelum di atur oleh kerajaan di wilayah mereka berjualan. Kerajaan-kerajaan di Indonesia telah melakukan pencatatan terhadap aset, pendapatan pajak dan pengeluaran terhadap gaji sultan dan karyawan, akuntansi yang berlaku saat itu merupakan akuntansi yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian karena pembayaran masih belum menggunakan mata uang. Semua perdangangan yang terjadi harus diketahui oleh pihak kerajaan dan harus membayar pajak dari aktivitas transaksi tersebut. Dampak pengaturan yang dilakukan oleh kerajaan yaitu untuk melindungi kepentingan masyarakat dan para pedagang arab yang berdagang dan membeli rempah-rempah di indonesia.    
Bahkan sistem barter berkembang tidak hanya dilakukan antara pedagang arab dengan masyarakat indonesia, tetapi dari berbagai Negara seperti India, Spanyol, Portugal, Inggris, Jepang dan Belanda. Sehingga peran Kerajaan sangat penting untuk  mengeluarkan berbagai aturan untuk melindungi masyarakat di bawah kekuasaannya..

B.    Akuntansi di Zaman Modern
Akuntansi tradisional di zaman modern, sudah di anggap sebagai sesuatu yang kaku untuk diterapkan. Karena akuntansi modern lebih mengedepankan nilai yang lebih manfaat dimasa yang akan datang yaitu semuanya harus di nilai dengan uang. Ketika perubahan itu terjadi akuntansi sudah tidak lagi mengedepandankan kepentingan publik tapi lebih kepada kepentingan perusahaan.
Jepang dan Belanda yang telah mengenal modernisasi serta telah berbisnis yang modern dengan menggunakan pencatatan doble entry dengan tujuan mendapatkan laba yang sebesar-besarnya sehingga berdampak buruk terhadap warga Negara Indonesia. Awal misinya yaitu ingin meningkatkan kesejatraan masyarakat Indonesia, bukan semata-mata mencari laba. Bottom line saat itu juga telah diterapkan yaitu mendapatkan laba yang sebesar-besarnya tanpa memperdulikan hal-hal kemanusiaan. Penanaman paksa merupakan hal yang wajib dilakukan, masyarakat lokal dijadikan buruh ketika melakukan perlawanan maka akan di bunuh dan dijadikan pelajaran kepada yang lain ketika akan melakukan hal yang sama.
Saat ini bottom line masih tetap sama yaitu meningkatkan laba sebesar-besarnya yang pada akhirnya dibagi kepada pemegang saham tanpa memperdulikan hal-hal kemanusiaan. Kalaupun hal-hal kemanusiaan dilakukan hanya untuk memperbaiki atau meningkatkan kepercayaan publik terhadap usaha yang dijalankan. Bahkan regulasi yang dikeluarkan lebih mempermudah perusahaan-perusahaan raksasa atau investor masuk ke Indonesia dan bahkan diistemewakan, sementara para karyawan yang meninggal akibat perusahaan tidak memperdulikan kesamatan kerja, kerusakan lingkungan dan pembabasan pajak, prodak yang membayakan konsumen semua yang terjadi seakan-akan sebagai fenomena yang terjadi tanpa penyebab.
Perkembangan dunia bisnis terus mengalami kemajuan bahkan satu perusahaan dapat membuka izin di Negara lain. Perusahaan yang mampu bertahan adalah perusahaan mampu bersaing dengan yang lain  dengan mempu menarik perhatian investor untuk menanmkan modal di dalam perusahaan tersebut. Akan tetapi kompetitif tersebut tidak diimbangi dengan kualitas produk yang jual kepada konsumen.
Mempertahankan jabatan, meningkatkan laba serta citra perusahaan merupakan tanggung jawab investor, direksi dan manajemen bukan tanggung jawab karyawan. Berbagai kasus akisisi perusahaan karyawan menjadi korban, demi mempertahankan perusahaan tetap berjalan itulah solusi terbaik yang dilakukan oleh perusahaan. Bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun karyawan telah bekerja diperusahaan di PHK dengan diberikan pasangon sesuai dengan masa kerja.
Iniah bencana akuntansi di zaman modern yang dikatakan bebas nilai ternyata hanyalah symbol, sebenarnya akuntansi adalah syarat dengan nilai, sehingga akuntansi bukan lagi solusi untuk Sherholder tapi hanya untuk Stekholder. Akuntansi di zaman modern terus mengalami perkembangan yang sangat cepat dengan dikeluarkan berbagai standar dan dibentuk berbagai komite yaitu IASB, IAS, IOSOCdan IFAC.
Komite yang dibentuk lebih cenderung membahas terhadap kewajaran laporan keuangan, transparasi serta akuntabilitas dan tidak tersentuh terhadap nilai-nilai kemanusiaan bahkan gaji karyawan, kerusakan lingkungan, komplen masyarakat terhadap suatu produk,dll semunya digolongkan dalam beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan bukan digolongkan pada aset perusahaan.       

C.       Akuntansi di Zaman Globalisasi
Berbeda dengan zaman modern, di zaman globalisasi akuntansi di rancang untuk digunakan di seluruh dunia tanpa batas dan hukumnya wajib ketika suatu Negara mau bersaing di pasar modal. Bahkan aturan yang dibuat lebih memberikan ruang gerak yang bebas bagi para investor di berbagai penjuru dunia untuk menanamkon modal di perusahaan yang diinginkan.
IFRS merupakan satu-satunya standar yang saat ini di pakai untuk pelaporan akuntansi yang dapat dibaca oleh dunia, akan tetapi dalam standar yang diciptakan tidak terlepas dari kepentingan politik Negara-negara yang menciptakan standar tersebut. Dengan IFRS transfer modal antara Negara-negara berkuasa terhadap Negara-negara berkembang semakin bebas untuk dilakukan.
Bahkan kebebasan ini dapat dikatakan sebagai penjajahan dunia ketiga, Negara berkembang ditekan untuk selalu bergantung terhadap Negara penguasa modal. Hasilnya adalah nilai-nilai kemanusiaan dengan sendirinya terabaikan. Globalisasi yang dikampanyekan akan membawa kesejatraan bagi masyarakat secara global dan meningkatkan perekonomian Negara-negara berkembang di dunia internasional ternyata hanyalah symbol yang pada akhirnya masyarakat internasional juga harus menerima akibat dampak dari globalisasi itu sendiri.
Dampak dari globalisasi yang dirasakan oleh Negara-negara berkembang salah satunya adalah indonesia. Saat ini regulasi tentang perpajakan yaitu Tex Holydey yang diberikan kepada investor asing sehingga dapat meningkatkan investasi di Indonesia. Sementara Koperasi di Indonesia yang merupakan tulang punggung perekonomian bangsa, ketika memperoleh laba dikenakan pajak  5% dan tidak mendapatkan laba tetap membayar 1%. Bukan saja koperasi regulasi tentang ekspor dan impor juga mengalami hal yang sama, dapat disimpulkan bahwa dengan globalisasi penjahan tidak lagi seperti perang menggnakan senjata tetapi penjajahan menggunakan akuntansi dengan di dukung dengan regulasi serta politik.
Seyogyanya kita mempertanyakan kembali laba yang diperoleh investor di indonesia, karena investor tidak membayar pajak akan tetapi perusahaan sebagai pengekola yang membayar pajak dan seharusnya laba yang diperoleh harus disimpan di Negara Indonesia bukan di Negara investor berdomisil. Dan mempertanyakan kembali apa dampak globalisasi yang membawa manfaat bagi Bangsa Indonesia jika semua aset perekonomian dikuasai oleh investor asing. Apakah ini yang dinamakan perbudakan di zaman globalisasi antara Negara Berkembang terhadap Negara penguasa modal.
  
D.   Pendapat Kritis
Di zaman globalisasi yang tidak kita hindari seharusnya pemerintah Republik Indonesia lebih memperhatikan kesejatraan masyarakat bukan sekedar mengkampayenkan bahwa globalisasi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan tetapi dapat mengusai sektor-sektor pertanian secara utuh dan jika modal akan mendatangkan investor asing seharusnya harus di buat regulasi yang lebih memihak terhadap kepentingan bangsa diatas kepentinagn pribadi maupun desakan globalisasi tersebut.
Negara yang kaya raya tetapi menjadi budak untuk Negara penguasa modal dan  di anggap sesuatu yang biasa bahkan menjadi kebutuhan. Akankah bangsa ini terus terjajah dengan perekonomian globalisasi. Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan Negara Agraria, Peternakan, dan Pertambangan, akan tetapi semuanya harus di impor dari Negara yang dulunya di ekspor yang pada akhirnya harus membelinya dengan harga yang tinggi. Apakah Indonesia tidak mampu untuk menciptakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri?.
Pertanyaan ini telah lama diajukan, alasan yang sering kita dengar adalah Indonesia tidak mempunyai insfrastruktur untuk memproduksi sendiri. Kalau diperhatikan jawaban tersebut sangat tidak ilmiah. Harus ditanyakan lagi apakah tidak mempunyai dana ataukah ada kepentingan lain ketika Indonesia mampu memproduksi sendiri.
Seharusnya Pemerintah saat ini dapat belajar dari Presiden pertama Soekarno tentang penolakan ekonomi global dan lebih memperbaiki ekonomi nasional yang menjunjung tinggi ekonomi lokal yang ada di tanah air. Karena Indonesia mempunyai alam yang kaya raya yang dapat dikelola dan dapat membawa bangsa Indonesia pada kemakmuran tanpa bayang-bayang penjajahan dalam wujud kapitalisme.
  
E.    Kesimpulan
 Akuntansi terus berkembang dan menjadi alat untuk mengukur kesuksesan, sayangnya perkembangan akuntansi yang terjadi begitu pesat telah mengabaikan nilai-nilai kemanusian sehingga akuntansi saat ini dikatakan sebagai alat kapitalisme. Bottom line merupakan salah satu satu ukuran ketika seseorang akan menilai kesuksesan perusahaan bukan pada seberapa besar perusahaan mempunyai pelanggan atau konsumen, atau seberapa besar pengaruh sherholder terhadap kesuksesan perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam akuntansi tidak ada penilian yang mengangkat nilai-nilai kemanusiaan yang ada hanyalah bagaimana mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya seseuai dengan tujuan investor, walaupun tujuan awal berdirinya perusahaan adalah melayani kepentigan publik.



Tidak ada komentar: