Sistem
Ekonomi Pancasila Hanya Tinggal Namanya.
Oleh
: Irman Mamulati
Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara Indonesia.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya di atur dalam Undang-Undang Pasal 33 Bahwa Bumi, Air dan Kekayaan
Alam yang terkandung didalamnya di kuasai oleh Negara.
Ekonomi pancasila yang di gagas sejak Negara Republik
Indonesisa merdeka di harapkan menjadi solusi bagi masa depan bangsa, di mana
sistem ekonomi yang digali dan dibangun dari nilai-nilai yang dianut dalam
masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam Ekonomi Pancasila
tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme
ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan
keadilan.
Ekonomi Pancasila juga di
bangun berdasarkan nilai-nilai agama,
kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma, yang membentuk perilaku ekonomi
masyarakat Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan bahwa Dalam Demokrasi
Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan dari Pertama sistem Free Fight
Liberalis yang menimbulkan eksploitasi terhadap manusia, Kedua sistem Atatisme artinya bahwa Negara beserta apraturnya harus lebih
memingtingkan ekonomi dalam negeri dari pada luar negeri, dan Ketiga sistem Persaingan tidak sehat dalam arti manopoli yang merugikan
masyarakat dan cita-cita keadilan sosial sebagimana dalam GBHN 1993.
Hilangnya Sistem Ekonomi Pancasila
yang di gagas oleh Presiden Soekarno ketika Soeharto menggantikan posisinya di
mana pada tahun 1996 sistem perekonomian bangsa berubah secara total pembangunan
ekonomi mengarah pada penerapan sistem ekonomi pasar bebas (demokrasi ekonomi),
dan politik ekonomi diarahkan pada upaya – upaya dan cara – cara menggerakkan
kembali roda ekonomi. Pemerintahan orde baru menjalin hubungan baik dengan
pihak Barat, dan menjauhi pengaruh ideologi
komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa – Bangsa
(PBB) dan lembaga – lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), yang putus
pada zaman Soekarno. Dengan membaiknya kembali hubungan Indonesia dengan kedua
lembaga donor internasional tersebut, Indonesia mendapat pinjaman untuk
membiayai defisit anggaran belanja pemerintah, yang sumber dana nya berasal
dari pinjaman bilateral dari sejumlah negara Barat, seperti AS, Inggris, dan
Belanda.
Ironisnya Indonesia
mempunyai Sistem Ekonomi Pancasila tetapi tidak digunakan. Dengan perubahan
Sistem Ekonomi Pancasila ke Pasar Bebas dapat dirasakan saat ini bahwa Air,
Bumi dan Kekayaan Alam serta isinya bukan lagi milik bangsa akan tetapi di
miliki oleh pemilik-pemilik modal asing. Masyarakat bangsa hanya berhak tinggal
di negara yang kaya raya dengan julukan tanah surga, akan tetapi harus membayar
hutang Negara yang entah kapan dapat di lunasi.
Belum lagi alam yang kaya
raya yang penuh dengan Emas, Biji Besi, Nikal, dll (Baca, Amin Rais). Masyarakat hanya bisa membanggakan bahwa hasil
alam Indonesia melimpah ruah, akan tetapi untuk menikmati itu semua sangatlah
mustahil. Dapat kita lihat dari ratusan tambang emas berapa banyak yang
dijadikan sebagai tambang rakyat. bahkan awal mula sebagai tambang rakyat
beralih menjadi Perusahaan Pertambangan yang di kuasai oleh Asing. Ironisnya untuk pajak pertambangan
asing hanya di kenakan 2% dari laba perusahaan sesuai kerja sama antara
Pemerintah Indonesia dengan Negara Asing semenjak Presiden Soeharto dan sampai
saat ini tidak ada perubahan sama sekali.
Hilangnya Sistem Ekonomi
Pancasila dapat kita lihat pada pemerintahan saat ini lebih baik mengimpor daripada
membeli, dengan alasan harga dalam negeri lebih mahal dan tidak memenuhi
standar kualitas. Ternyata semua ini hanyalah permainan semata untuk bagaimana
bisa membagi-bagi proyek untuk kepentingan pribadi. Terbukti setelah terjadi
Kasus Impor Dulog, Kasus impor Sapi, dll.
Terjadi perpecahan dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia karena ketidakseimbangnya
pembangunan di indonesia membuat daerah-daerah di Indonesia melakukan protes
keras terhadap pemerintah, terutama pada daerah-daerah di wilayah timur seperti
Papua, Aceh dan Ambon. Pulau jawa di jadikan pusat atau bisa di katakan sebagai
kiblat pembangunan entah pemerintah, bisnis, maupun pendidikan. Papua yang kaya
raya sumber daya alam yang merupakan salah satu sumber pendapatan Negara akan
tetapi kemiskinan, kebodohan masih saja terjadi.
Terdapat lima pasal dalam
pancasila yang paling di soroti adalah pasal ke lima yaitu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, karena pada pasal inilah masyarakat menuntut untuk
pendidikan, kesehatan, bahkan dari segala sisi kehidupan masyarakat. Bahkan Dunia
Pendidikan dan Kesehatan saat ini tidak lagi berpedoman pada pancasila dan
Undang-Undang, bisa kita lihat mahalnya biaya pendidikan dan biaya kesehatan
padahal pendidikan dan kesehatan merupakan kebutuhan utama masyarakat Indonesia
(Baca Eko Ptrasetyo).
Bagaima dengan dunia
perpolitakan, politik saat ini bukan lagi membawa masyarakat menjadi sejatra
akan tetapi menjadi alat untuk pembodohan terhadap masyarakat. Kita bisa
melihat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat saat ini yang di kedepankan adalah
bagaimana memperkaya diri untuk mencalonkan diri di periode yang akan datang,
bukan bagaimana memetingkan nasib-nasib rakyat. Bahkan saat Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di klaim menggunakan pendekatan demokrasi,
akan tetapi masyarakat menjadi simbol partisipasi. Telah terjadi pengaburan
yang di sebut “katarak” dengan membangun interaksi pencitraan yang manis di
depan publik dengan bahasa-bahasa hipokrit (Baca A.Razak).
Hilangnya nilai-nilai
pancasila dalam berbangsa dan bernegara dan pada akhirnya kapitalisme
merajalela dalam segala aktivitas kehidupan masyarakat. Jangan heran ketika
terjadi korupsi, ketidak adilan, kekerasan dimana-mana karena pancasila hanya
tinggal namanya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar